بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Search

Jumat, 19 April 2013

NAFSU DAN HAK

Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani

Dunia begitu cantik dengan tatapan mata, manis dengan sentuhan lidah serta wangi dengan ciuman hidung si hamba. Panggilan dunia menjadi nada-nada yang membuai jiwa, hingga pergantian siang dan malam tak terhitung lagi. Semua yang disuguhi dunia begitu nikmat dan serasa nyata, menghilangkan kecurigaan hati terhadap racun yang dikandungnya.
Saudaraku, mencari bukanlah berarti untuk memiliki, walau ia sudah ditangan, karena perbedaan nafsu dan hak terletak diantara mencari dan memiliki. Hamba diberikan nafsu oleh Allah SWT untuk ia dapat berkeinginan dan berusaha untuk mencari apa yang dibutuhkan namun jika sesuatu yang dicarinya telah berada digenggamannya, maka ia mesti memposisikan sesuatu tersebut sebagai barang pinjaman atau titipan Allah SWT.
Ego dan kesombongan manusia  tidak akan muncul, kecuali bila ia merasa apa yang dicari dan yang dicita-citai telah menjadi,“miliknya,”. Nafsu yang semula menjadi hewan tunggangan, berubah menjadi penunggang jiwanya. Oleh sebab itu Hak bukanlah,”sertifikat hak milik”, hamba terhadap sesuatu, namun sebatas,”sertifikat hak guna,” sebagai senjata ampuh untuk mencegah intervensi nafsu melalui,”rasa memiliki,”.
Saudaraku rasa kepemilikan terhadap sesuatu yang ditangan, ibarat bom waktu yang mempunyai daya ledak untuk menghancurkan qalbu hingga berkeping-keping dan tentunya sangat menyakitkan. Betapa tidak, jika seseorang yang hidupnya dipenuhi rasa kepemilikan terhadap segala sesuatu yang didapatinya, kelak mesti siap kehilangan sesuatu tersebut satu persatu, hingga mungkin akan lebih menyakitkan diri untuk memilikinya daripada tidak sama sekali.
Saudaraku, ,”Hak,” adalah,” kepemilikan,” untuk digunakan, bukan kepemilikan yang sebenarnya. Sebab, hanya orang yang hidup dengan rasa dipinjam dan dititipi akan berjiwa amanah, sedangkan orang yang merasa,” memiliki,” lebih banyak lalai, bahkan melecehkan apa yang telah digenggamnya.
Saudaraku, seharusnya nafsu berperan untuk menciptakan langkah- langkah didunia untuk mencari sedangkan Hak adalah pengaman hati bila sesuatu  tersebut ditemui, dan ingatlah Hak yang benar melahirkan perasaan diberi , dititipi sehingga menerbitkan sifat amanah. Yakinlah, cukup hanya Zat Allah SWT yang berhak atas segala sesuatu yang, “ berhak,” di dunia ini
Ya Allah....ya Rabbi.....jangan biarkan diri kami terlantar menjadi maling-maling atas hak-Mu dan segala kepemilikan dunia ini, dan hidupilah hati kami dengan nafas-nafas yang sadari akan segala pemberian-Mu, agar kami tetap berjalan lurus menuju ridhaMu, serta tertarik hanya memeilikiMu saja agar hati ini tetap utuh dihadapanMu......ya Allah Duhai Kekasih yang Maha Tinggi.

Terbangun dalam mimpi

Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani

Terbangun dalam mimpi

Setiap  hamba di dunia ini akan mengakui segala  keterbatasan  dan  kelemahan  dirinya, paling  tidak jika ia telah  bertemu  jalan  “buntu” dunia ini. Segala sesuatu yang dibanggakannya tidak berkutik lagi ketika berhadapan dengan dinding  takdir, dan segala yang diburu “nilai dan harga” akan menjadi barang rongsokan yang  tidak menggigit lagi. Begitu mudah bagi Allah SWT  untuk mempertontonkan kebesaran-Nya, hingga sesuatu yang didewakan, dalam hitungan menit menjadi barang tak ada arti.
Saudaraku, bagi  Allah SWT hanyalah kita sesuatu yang berharga dihadapan-Nya, bahkan segala sesuatu yang diciptakan merupakan fasilitas kenyaman untuk kita dalam kehidupan ini. Tidak sebutir debu pun  yang Allah SWT ciptakan yang  tidak bermanfaat bagi kita, dan tidak satupun ciptaan-Nya menjadi sia-sia tak ada manfaat bagi manusia.
Suatu hal aneh sebenarnya, bila kita mau berfikir, kenapa matahari sebegitu besar berada pada posisi dan jaraknya  yang  tepat  untuk  menerangi  bumi. Dan mengapa bumi  yang hanya satu di antara  jutaan bintang, yang memiliki komposisi tepat untuk dapat dihuni makhluk hidup, hingga udaranyapun memiliki kadar  oksigen yang tepat untuk dihirupi. Begitu rapi dan indah kerja “tangan-Nya”.
Saudaraku, semua yang ada, semua yang duduk pada posisinya, dan semua yang bergerak pada garisnya masing-masing, hanya memiliki pada satu tujuan, seakan-akan dari partikel-partikel yang terkecil hingga matahari yang terbesar tertuju pada “matanya” kepada satu makhluk, yakni kita.
Saudaraku, kita adalah destinasi bagi alam semesta ini, dan Allah SWT  merupakan destinasi diri kita, segala sesuatu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Tidak hidup, mati dan ibadah kita untuk Allah SWT, namun bukan berarti  Allah SWT butuh eksistensi hamba-Nya, malah sebaliknya hamba selalu butuh Allah SWT, hingga ia haus untuk merasakan eksistensi Allah, walau hanya dalam rasa. Karena kepuasan hati tak akan pernah ada bila tak bersentuhan dengan Tuhannya. Dan jika kepuasan hati hilang dari dada si hamba, maka bersiaplah ia terbangun dari pada dunia ini, lalu menjalani  kenyataan yang lebih buruk dari segala mimpi terburuknya.
Saudaraku, waktu serta perangkat dunia yang Allah SWT sediakan, bukan alat pijat pelepas lelah atau mainan untuk membuai jiwa kita, tapi hadir sebagai perangkat atau program latihan diri, menempah hati dan jiwa menjadi “dewasa” di hadapan Allah SWT. Berfikir tidak sebatas materi, tapi jauh menjangkau waktu dan ruang, serta hidupkan kesadaran sejati dengan merubah wajah dunia ini menjadi sekedar mimpi dan bunga tidur, yang kelak Tuhan akan bangunkan kita di alam “yang sebenarnya “ bersama diri-Nya.
Ya... Allah... Ya Rahman.. Ya Rohim.., peliharalah kami dalam tempat-Mu dan dekatkan kami kepada apa-apa yang Engkau cintai, serta dampingilah kami dengan hikmah-hikmah pengetahuan-Mu, agar kami  menjadi orang-orang  yang  tersadar sebelum kami terbangun dalam mimpi yang Engkau ciptakan ini... Ya Allah wahai  zat yang  Maha Tinggi.

Kamis, 18 April 2013

Kedekatan Yang Mengasyikkan

SESUNGGUHNYA, kedekatan Allah SWT tidak dapat diukur dengan alat apapun didunia ini, bahkan kata “dekat” itu sendiri tak dapat mengungkap arti kedekatan sebenarnya. Dekat-Nya Allah SWT terhadap hambaNya adalah kedekatan yang tidak berjarak dan tidak berperantara, hingga tiada sesuatu didunia ini yang menandingi keindahan dari kedekatan-Nya tersebut.
Saudaraku, kedekatan-Nya tak dideteksi dengan mata dan akalmu, ia dapat disentuh dengan hati yang”Hidup” dengan rasa yang asyik bersama-Nya. Hanya hati yang asyik adalah hati yang telah menemukan wajah diri-Nya, yakni melepaskan segala ketergantungan kecuali kepada Allah SWT. Sebab, ketergantungan kepada-Nya merupakan sifat dasar yang wajib dimiliki hati hamba.
Mari selaraskan gerakan jiwa dan ragamu dengan gerakan hati yang bergantung hanya kepada Allah SWT, agar segala tindakan dan perbuatan kita selalu bersentuhan dengan keridhaan-Nya. Jadikanlah dirimu menikmati segala permasalahan dengan hati yang asyik bersamanya. hati yang telah “ Asyik “ selalu dapat menerima segala kemungkinan yang terburuk didunia ini.
Saudaraku, jadikanlah hatimu yang bersih dan suci dari segala harapan, kecuali berharap hanya kepada Zat Allah SWT. Seseorang  hamba yang telah mengembalikan hatinya hanya berharap dan bergantung hanya kepada Tuhannya, maka sekali lagi dipastikan dia akan menikmati segala hal yang datang, sebab ia telah asyik menyaksikan wajah Allah SWT dibalik setiap yang datang dan yang pergi dari dirinya.
Saudaraku, sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menyembunyikan diri-Nya dari pada kita. Dia setiap saat selalu memberi isyarat akan kehadiran-Nya dekat dengan diri kita. Namun, lantaran hati kita masih dipenuhi dengan berharap kepada yang lain, hingga isyaratnya yang begitu jelas dan nyata tidak “ Terbaca “ didepan kita.
Berdoa’alah, “Ya...Allah...,Ya....Rabbi, jadikanlah kami hamba yang selalu bergantung kepada-Mu, hingga hati kami asyik dalam kedekatan-Mu dan peliharalah hati kami dengan rasa rindu kepada-Mu, dan dampingilah setiap niat dan usaha kami dalam berharap dan bercita-cita kepada-Mu, serta sadarkanlah kami, bahwasanya Engkaulah satu-satunya Zat yang paling dekat, hingga kedekatan-Mu melebihi dari apa-apa yang dirasa oleh hati kami sendiri.....Ya Allah......hanya Engkaulah yang mengasyikkan hati hamba-Mu.
Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani

Beserta Diri-Nya

Tuangku Syaikh  Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani

Beserta Diri-Nya

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM......, dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kalimat ini sering kita ucapkan, paling tidak sebelum makan dan minum. Terlepas apakah itu sekedar kebiasaan ataupun memang hanya sebagai penambah nikmat untuk makan dan minum, kita adalah makhluk yang selalu lupa untuk menyadari kebersamaan denganNya. Dan kita telah mengetahui, basmalah adalah kalimat yang mesti kita ucapkan dalam setiap tindakan dan perbuatan. Namun hingga hari ini, sejauh mana hati kita menyertakan Allah SWT dalam penyebutan kalimat tersebut, apakah hanya sebatas” Garis Start” untuk memulai segala tindakan? Atau menjadikan kalimat basmalah sebagai kalimat” Sakti” untuk mendongkrak sugesti dan keyakinan dalam berbuat dan memutuskan?
Saudaraku, penyebutan basmalah merupakan awal bagi diri seseorang hamba untuk menyadari, bahwasanya Allah SWT selalu dekat, mengetahui dan memahami apa-apa yang dikerjakannya. Kalimat tersebut adalah sandaran hatinya untuk menjadikan Tuhan-nya sebagai pendamping yang paling dekat dalam segala perbuatanya.
Sertakanlah Allah SWT di setiap gerak gerikmu, dan jadikanlah basmalah sebagai pembuka hatimu akan kenyataan Allah SWT bersamamu.Jika  gerak dan perbuatan sangat dekat dengan dirimu,maka kebersamaan Allah SWT pasti amat dekat lagi dengan dirimu.jadikanlah kebersamaan dengan Allah SWT lebih mendahului segala gerak dan perbuatanmu,niscaya engkau akan di selamatkan Allah SWT dari segala gerak dan perbuatan dan sesuatu yang akan mencelakaimu.
Saudaraku,hamba yang mengucapkan basmalah,adalah hamba yang telah menjadikan Allah SWT tujuan dari segala tujuan, karena kalimat tersebut bukan sekedar mengajarkan hati untuk selalu ingat selalu kepada-Nya, melainkan juga untuk mangembalikan kesadaran hati hamba “ dari mana ia bermula dan akan kemana ia berakhir”. Dan pastinya, seseorang yang sadar dengan itu, ia akan menjaga sikap dan perbuatannya dalam mencapai segala hal di dunia ini.
Saudaraku, jadikanlah basmalah adalah kalimat yang pertama sekali engkau ucapkan sebelum kalimat lain, dan jadikanlah basmalah kalimah yang hidup dalam setiap gerak dan gerikmu dengan merasai Allah SWT amat dekat, melebihi kedekatan perbuatanmu dengan dirimu sendiri.
                Sesungguhnya hamba-hamba yang menjadikan basmalah sebagai pemicu hatinya untuk merasakan Allah SWT sebagai Zat yang paling dekat dengan dirinya, maka hamba tersebut telah meletakkan dirinya kedalam tangan Allah SWT sehingga energi dan kekuatan yang diucapkan dan apa-apa yang diperbuatnya adalah berasal dari Allah SWT sendiri.
Dan mintalah, “Ya.....Allah......Ya Rabbi, jadikanlah diri kami hamba-hamba yang membuat dirimu senang dan ridha kepada kami, dan ajarkan kepada hati kami segala pengetahuan yang membuat kami takjub terhadap diriMu, dan bimbinglah kami kepada gerak dan gerik yang selalu mendahului keinginan-keinginanMu daripada keinginan hawa nafsu kami, dan bentuklah diri dan jiwa kami dengan tangan-Mu dan Tarbiyah-Mu, agar kami hidup dalam segala keinginan-Mu.. Ya Allah.

Rabu, 17 April 2013

Dengan 
Wakil Menteri Agama RI Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA
Dalam Milad Majelis Rabbani Indonesia Ke 18