SEKILAS TENTANG
Maulana Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani
(Tuangku Hanafiah Grand Mursyid Qodiriyah Hanafiah)
Tuangku Syaikh Muhammad Ali
Hanafiah Ar Rabbani adalah salah satu ulama nusantara yang kembali memurnikan
dan mengangkat nilai-nilai Tauhid pada ajaran-ajaran Tasawuf di Indonesia.
Tuangku Hanafiah berupaya untuk memperkenalkan kembali ajaran Tasawuf murni
yang terlepas dari pengaruh klenik serta ajaran-ajaran yang menyimpang dari
nilai ke Tuhanan. Beliau sangat menyadari betapa banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan daripada ajaran Tasawuf dan banyak juga diantaranya yang bukan ajaran
Tasawuf malah mengatas namakan dirinya kelompok Tasawuf
Khususnya di Indonesia
keprihatinan Tuangku semakin mendalam melihat praktek-praktek Tasawuf yang seharusnya lebih mendekatkan hamba
kepada Allah SWT, malah hanyut dengan ritual-ritual yang bukan lahir dari
ajaran Tasawuf, semakin membuat hamba jauh dari nilai-nilai keTuhanan sendiri,
bagi Tuangku Hanafiah, Tasawuf merupakan
“ruh” Islam yang semestinya dipelihara kemurniannya, bahkan dengan “ruh” inilah
Islam menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Tuangku
Hanafiah telah dikenal sebagai Grand Mursyid Thariqah Qodiriyah Hanafiah yang lahir
dari pasangan Sudirman Anwar dan Lisda
Ghalib yang berasal dari Padang Sumatera Barat ,kakek dari garis ayah beliau
bernama Anwar Ibrahim memiliki dua istri,
Siti Sarah Dan Siti Hajjar. Dari pada Siti Hajjar lahir ayah kandung
Tuangku Hanafiah.
Semenjak
umur 12 tahun, Tuangku Hanafiah dan adik-adiknya telah kehilangan ayahnya yang
meninggal dunia pada usia 40 tahun. Tuangku Hanafiah memiliki dua orang adik
yang salah satunya meninggal diusia muda. Pada tahun 2002, Tuangku menikah
dengan wanita berdarah Jawa yang akrab dipanggil Ummi Ridha serta dikaruniai
tiga orang putra, Muhammad Isa Rabbani, Muhammad Daud Rabbani, Muhammad Ibrahim
Rabbani, dan satu orang putri yang meninggal dunia pada usia 2 tahun bernama
Az-Zahra Putri Ar-Ridha.
Tuangku Hanafiah hingga
kini telah mengambil bai’at 27 Thariqah di dunia, lima diantaranya yang
berkembang di Indonesia yakni, Qodiriyah, Naqhsabandiyah, Mawlawiyah, serta
Khalawatiyah. Beliau sendiri diamanahkan untuk memimpin Thariqah Qodiriyah
Hanafiah, karena secara silsilah beliau masih dzurriyat atau keturunan Syaikh
Abdul Qodir Al Jailani di Irak yang ke-19 dari jalur Ahmad Musa Bin Abdul Qodir
Al Jailani.
Tuangku
Hanafiah telah menerima ilham langsung dari Allah SWT semenjak beliau berumur
17 tahun. Dalam perjalanan spritualnya, Tuangku Hanafiah sering sekali mengalami peristiwa-peristiwa
diluar akal manusia, diantaranya pernah mengalami mati suri sebanyak lebih
kurang tujuh kali, salah satunya di saat Tuangku menunanikan ibadah haji ke Mekkah pada
tahun 2000. Berita kematian beliau sempat terdengar oleh murid-murid beliau di
tanah air. Namun, peristiwa tersebut hanya terjadi beberapa jam saja, dan
membuat lega perasaan haru keluarga dan murid-murid beliau. Tuangku bahkan
pernah dikubur selama 3 hari 2 malam dan sampai saat ini bekas kuburannya masih
ada serta bekas pakaiannya yang dikenakan beliau disimpan oleh murid-murid
Tuangku.
Menurut
Tuangku Hanafiah, sekalipun ratusan ataupun ribuan kalam ilham yang diterima
Tuangku, tidak akan pernah menandingi keagungan Al-Qur’an. Bagi Tuangku, ilham
yang diterimanya hanyalah “resep qolbu” dari Allah SWT bagi kita untuk mencapai
jalan yang lebih cepat menuju titik terdekat bersama Allah SWT. Sedangkan
Al-qur’an dan sunnah ibarat bahan pokoknya yang serta merta wajib dipakai bagi
setiap pemakai resep tersebut.
Diantara ribuan kalam
ilham yang beliau terima maka diantaranya telah dibukukan dan diterbitkan oleh
Litbang Kementerian Agama RI serta diseminarkan diberbagai lembaga termasuk di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semenjak tahun 2000, kalam ilham sirriyah
Tuangku Hanafiah juga sudah tersebar ke beberapa negara diantaranya Irak, Iran,
Arab Saudi, Uni Emirat, Mesir, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Afrika
Selatan, Australia dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara.
Tuangku Hanafiah, bersama
murid-muridnya telah mendirikan beberapa organisasi Islam dan lembaga kajian
Tasawuf yang sering diundang dalam seminar Nasional maupun Internasional,
termasuk diantaranya, Persaudaraan Muslim Sedunia Foundation, Tasawuf Islamic
Centre Indonesia, Majelis Rabbani Indonesia, dan Dewan Ulama Thariqah Indonesia. Khusus Sumatera Barat
tepatnya di Nagari Koto Sani Kabupaten Solok beliau mendirikan Pondok Pesantren
Tasawuf Rabbani dan Surau Suluk yang dapat menampung empat ribuan jamaah dan
menjadikannya Surau Suluk terbesar di Pulau Sumatera. Pelatihan atau Riyadhah Suluk diadakan sekali
dalam tiga bulan dan untuk Suluk Akbar diadakan setiap bulan Ramadhan, saat itu
seluruh jamaah Tuangku dari segala penjuru daerah datang untuk menghadirinya.
Kehadiran Pondok Pesantren Tasawuf Rabbani serta Surau Suluk diharapkan
dapat memperkenalkan langsung praktek-pratek
Tasawuf yang benar dan tidak menyimpang dari aqidah islam dan terbuka untuk
masyarakat muslim Indonesia pada umumnya dan khususnya muslim sumatera Barat.
Selama 18 tahun berdakwah, Tuangku Syaikh Muhammad Ali
Hanafiah telah memiliki murid-murid dari
berbagai kalangan, Petani, Pedagang, Pengusaha, Pejabat, Militer, Intelektual
Bahkan Ulama, yang tersebar diseluruh Indonesia hingga ke Manca Negara. Pada
saat ini Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah berdakwah berpindah-pindah daerah
di Indonesia. Sumber : Prof (Riset) Dr Ahmad Rahman,MA ( Litbang Kementerian Agama RI
)